Segala
puji bagi Allah pujian yang sangat banyak karena hanya Dia yang memiliki hak
untuk itu. Sejak itulah kukuatkan jiwa untuk meniti pada relnya sesuai dengan
ukuran yang telah Allah berikan. Aku memulai kajianku pada hal-hal yang berbau ushuluddin
(dasar-dasar agama) sebagai pekerjaan dan keyakinan. Kemudian dengan
cabang-cabang yang kokoh di atas dasar-dasar tersebut aku mulai bisa membedakan
perkara yang Sunnah dan perkara yang bid'ah. Juga jelas bagiku perkara yang
dibolehkan dan perkara yang dilarang. Setelah itu, aku mencocokkannya dengan
ilmu ushul agama dan fikih, kemudian memaksakan diriku untuk berjalan bersama
kelompok yang Rasulullah SAW namakan as-sawad al a’dham (golongan yang
besar) dan meninggalkan segala bentuk pembaharuan yang ulama namakan bid'ah
serta penyimpangan.
Sedangkan
aku ketika itu sudah berada dalam barisan mereka yang sering berkhutbah dan
memimpin. Namun ketika aku mulai istiqamah dalam
perjalanan, aku mendapatkan
diriku aneh' dan asing diantara masyarakat umum saat itu, karena
langkah-langkah mereka sudah banyak dikuasai oleh pamrih dan juga mereka telah
dilumuri oleh hal-hal baru serta penambahan-penambahan dalam hal agama. Namun
pada masa yang telah lalu hal itu tidak dianggap sebagai bid'ah. Lalu,
bagaimana dengan zaman kita sekarang?
Telah banyak diriwayatkan dari
salafush-shalih peringatan-peringatan agar tidak terjerumus ke dalam hal itu,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Darda, ia berkata, "Seandainya
Rasulullah SAW menemui kalian saat ini, maka beliau tidak akan mendapatkan
suatu ajaran yang beliau ajarkan pada zamannya dan zaman para sahabat, kecuali
perkara shalat." Al Auza'i berkata, "Bagaimana dengan hari ini?"
Isa bin Yunus berkata, "Bagaimana seandainya Al Auza'i tahu hal-hal pada
zaman sekarang?"
Diriwayatkan oleh Ummu Darda',
ia berkata, "Suatu ketika Abu Darda' masuk rumah dalam keadaan marah, maka
aku berkata, 'Apa yang membuatmu marah?' Ia berkata, 'Demi Allah, aku tidak
mengetahui sesuatu yang ada pada mereka yang termasuk perkara —yang pernah
diajarkan— Muhammad SAW kecuali mereka mengerjakan shalat secara jamaah'."
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik,
ia berkata, "Aku tidak mengetahui sesuatu yang ada pada kalian saat ini
yang pernah aku alami pada masa Rasulullah SAW selain ucapan kalian, 'Laa
ilaaha illallaah (tiada tuhan selain Allah)'." Kami berkata,
"Benarkah wahai Abu Hamzah?" Ia berkata, "Sesungguhnya kalian
hanya shalat hingga terbenamnya matahari, apakah itu adalah shalat yang
dikerjakan Rasulullah SAW?"
Diriwayatkan
oleh Anas, ia berkata, "Seandainya seseorang yang hidup pada zaman
orang-orang terdahulu yang berjalan sesuai metode Islam (salafush-shalih)
dikirim pada zaman sekarang, maka ia tidak akan mendapatkan apa pun yang datang
dari Islam. Ia akan meletakkan tangannya di atas wajahnya, kemudian berkata,
'Kecuali shalat ini.' Setelah itu ia berkata, 'Namun demi Allah! mereka yang
hidup dalam kemungkaran dan tidak mengetahui keadaan salafush-shalih akan
melihat pelaku bid'ah mengajak orang lain pada ajaran bid'ah seperti yang ia
anut. Para pengagung dunia
akan mengajak orang lain kepada dunianya, namun Allah
SWT melindunginya dari hal itu dan Allah menjadikan hatinya condong pada
pekcrjaan salafush-shalih dan selalu berharap bisa mengikuti jejak salafush-shalih,
maka Allah SWT akan memberikan ganjaran yang besar dan akan masuk dalam
golongan salafush-shalih.
Diriwayatkan
dari Maimun bin Mahran, ia berkata, "Seandainya ada orang yang menyebarkan
suatu perkara kepada kalian yang berasal dari salafush-shalih, maka ia
tidak mengetahuinya kecuali kiblat ini."
Diriwayatkan dari Sahal bin
Malik, dari bapaknya, ia berkata, "Aku tidak mengetahui sesuatu yang saat
ini aku tahu dari orang-orang terdahulu kecuali panggilan untuk shalat
(adzan)."
Banyak riwayat lainnya yang
menunjukkan adanya pembaharuan yang masuk dalam syariat, dan itu terjadi
sebelum zaman kita ini, yang semakin bertambah banyak hingga saat ini.
Jika demikian, maka coba kita
teliti kembali; mengikuti Sunnah yang resikonya adalah harus bertentangan
dengan adat dan kebiasaan masyarakat, berarti harus menjalani apa yang telah
dijalani oleh orang-orang yang menyelisihi pedoman-pedoman adat, apalagi jika
para pelaku (adat) meyakini bahwa hal-hal yang mereka lakukan adalah Sunnah.
Itu sama halnya dengan memikul beban yang berat tapi menghasilkan ganjaran yang
besar. Atau mengikuti pelaku bid'ah, yang resikonya adalah menyalahi Sunnah dan
salafush-shalih. Jika demikian, berarti masuk dalam kategori golongan
sesat.
Namun dalam hal ini aku
termasuk orang yang menyesuaikan dengan adat dan termasuk dalam jajaran
orang-orang yang cenderung menyatukan dan bukan termasuk dalam jajaran
orang-orang yang menyimpang. Menurutku, binasa karena menjalankan Sunnah adalah
keselamatan, karena manusia tidak akan membutuhkanku melebihi kebutuhan mereka
terhadap Allah SWT. Oleh karena itu, dalam beberapa hal aku mengambil keputusan
secara berkala, walaupun setelah itu bencana besar datang kepadaku; berbagai
cacian, tuduhan, serta teguran datang bertubi-tubi. Setelah itu aku dinisbatkan
sehingga pelaku bid'ah dan kesesatan serta diperlakukan seperti orang bodoh.
Seandainya aku mengambil jalan yang menyimpang sebagai
jalan keluar, maka aku pasti akan menemukannya. Akan tetapi sempitnya waktu dan
jauhnya orang-orang yang cerdas membuatku berada dalam kondisi yang sulit dan
berat untuk menerima. Yaitu ungkapan yang mengisyaratkan bahwa mengikuti
sesuatu yang belum jelas (syubhat) untuk disesuaikan dengan adat nharus
bersebelahan dengan salafush-shalih.
6.
Bisa
jadi mereka akan bersatu dalam mencaci maki dan menjelek-jelekkan semua hal
yang akan kupaparkan dengan sesuatu yang menyedihkan hati. Atau mereka membawa
Sunnah kepada sebagian kelompok yang telah keluar dari Sunnah sebagai saksi
yang akan ditulis dan dipertanggungjawabkan pada Hari Pembalasan.
Terkadang
mereka menisbatkan bahwa doa tidak akan berfaidah bila dilakukan dengan cara
seperti yang dilazimkan oleh sebagian orang, karena aku tidak perah melazimkan
berdoa secara jamaah pada setiap akhir shalat ketika aku menjadi imam. Untuk
pembahasan ini akan dijelaskan pada pembicaraan tentang penyimpangan ajaran
Sunnah dan salafush-shalih serta para ulama.
Terkadang
mereka juga mengatakan bahwa aku termasuk orang yang menolak dan membenci para
sahabat Nabi RA karena aku tidak menyebutkan khulafaurrasyidin secara
khusus dalam khutbahku seperti yang mereka lakukan. Sebab hal itu memang tidak
pernah dilakukan oleh para salafush-shalih pada khutbah mereka, begitu
juga para ulama besar.
Asbagh pernah ditanya tentang
doa untuk khulafaurrasyidin, lalu ia menjawab, "Itu adalah bid'ah dan
tidak patut untuk dikerjakan. Yang terbaik adalah berdoa untuk orang Islam
secara menyeluruh."
Asbagh juga pernah ditanya,
"Bagaimana tentang doa untuk para pahlawan perang dan para penjaga di
perbatasan?" Ia berkata, "Aku tidak mengira ada hal yang buruk untuk
dilakukan sesuai kepentingan, namun untuk sesuatu yang dijadikan ketetapan
dalam khutbah, aku sangat membencinya."
No comments:
Post a Comment